Pasien psoriasis yang memakai agen anti-inflamasi sistemik memiliki risiko penyakit Parkinson yang jauh lebih rendah, sebuah penelitian terbaru menunjukkan.

Para penulis melakukan studi kohort berbasis populasi nasional untuk menentukan tingkat kejadian dan faktor risiko penyakit Parkinson pada pasien dengan psoriasis. Mereka menganalisis data dari total 548.327 pasien dengan psoriasis berusia ≥20 tahun (53,32 persen laki-laki) dan dari 2.741.635 kontrol yang sesuai usia dan jenis kelamin tanpa psoriasis.

Tingkat kejadian penyakit Parkinson adalah 0,768 per 1.000 orang-tahun pada kelompok psoriasis dan 0,673 per 1.000 orang-tahun pada kelompok kontrol. Pasien dengan psoriasis secara signifikan berisiko lebih tinggi untuk mengembangkan penyakit Parkinson (rasio hazard [HR], 1,091, interval kepercayaan 95 persen [CI], 1,029-1,155) dibandingkan kontrol.

Selain itu, risiko penyakit Parkinson secara signifikan lebih besar di antara pasien dengan psoriasis yang tidak menerima terapi sistemik (HR, 1.093, 95 persen CI, 1.031-1.159) dan lebih rendah di antara mereka yang menjalani terapi sistemik (HR, 1.04, 95 persen CI, 0,806–1,316).

Dalam studi sebelumnya oleh Jau-Jiuan Sheu dan rekannya di Taiwan, pasien dengan psoriasis ditemukan memiliki risiko parkinsonisme yang meningkat secara signifikan. Dalam regresi bahaya proporsional Cox bertingkat, pasien psoriasis memiliki risiko 74 persen lebih tinggi untuk parkinsonisme daripada kontrol selama 5 tahun masa tindak lanjut (HR, 1,74, 95 persen CI, 1,35-3,20). J Am Acad Dermatol 2013; 68: 992-999]

Studi saat ini memiliki batasan tertentu, termasuk desain retrospektif, inklusi pasien hanya berdasarkan kode diagnostik, dan tidak tersedianya data tentang faktor perancu, menurut penulis.